Full width home SAKONGKIU

Post Page SAKONGKIU [Top]

Malam Pertama Pengantin BandarQ Judi Terpercaya - Akhirnya aku dan mas Edy sudah sah menjadi suami istri. Ikrar pernikahan yang diucapkan suamiku membuatku sangat bahagia. Acara pesta pernikahanpun sudah selesai. Para undangan kamipun sudah bubar. Hanya ibu mertua dan kerabat dekat suamiku yang tinggal. Sehari penuh kami mengadakan acara pesta membuat badanku terasa lelah. Aku beranjak ke kamar pengantin yang sudah terhias begitu indah dengan bunga-bunga dan ornamen kedaerahan.
Kubaringkan tubuhku di ranjang pengantin. Pinggang dan betisku terasa pegal. Kupejamkan mataku agar istirahatku lebih rileks. Rupanya tak berapa lama suamiku menyusulku kekamar dan segera mendekati aku,
"sayang..., kamu mandi dulu baru istirahat biar lebih segarrr....,sebentar lagi sholat maghrip udah masuk....".

Dengan bermalas-malasan aku berusaha bangun dan mengambil perlengkapan untuk mandi. Kuguyur seluruh tubuhku dan kubersihkan dengan sabun setiap lekuk tubuhku. Aku juga membersihkan daerah V-ku dan memastikannya benar-benar bersih dan wangi. Kupandangi sebentar lubang kemaluanku yang masih diselubungi oleh selaput dara. Aku berharap aku dijamah suamiku dan malam pengantinku berjalan dengan semestinya. Kuambil air wudhu untuk melaksanakan sholat maghrip. Tak lupa aku bedo'a semoga pernikahan kami bahagia dan dikaruniai keturunan oleh Tuhan. Suamiku kemudian masuk kamar.

"yaaang, mas mau ke warung sebentar, rokok mas habiss....".

"mas jangan lama beli rokoknya, Hana takut kalo sendiri...".

Saat suamiku keluar, aku mengganti bajuku dengan baju tidur transparan dan celana dalam yang tipis transparan. Aku tidak lagi memakai kerudung karena mas Edy sudah sah menjadi suamiku. Agak lama suamiku pergi, sampai adzan sholat isya belum juga kembali. Aku terus berdandan didepan kaca sampai aku mendengar langkah kaki menuju pintu kamar.

"tok...tok...tok, Na...buka pintunya dong...mas mau masuk...".

Kubuka pengunci pintu dan suamiku masuk. Suamiku memandangiku dengan tak henti-hentinya dari ujung rambut sampai ujung kaki sampai suamiku memandangi bagian di bawah perutku agak lama kemudian pandangan mata kami saling beradu. Aku tidak tahu apa maksud dari tatapan suamiku tapi yang jelas tatapannya membuatku tersipu. Tujuanku tak lain hanyalah sedikit usaha untuk mempesona suamiku. Suamiku memelukku dan mencium bibirku dengan mesra.

"kamu cantik sekali malam ini...".

Kemudian suamiku menuntunku menuju ranjang dan membaringkan tubuhku. Kami berpelukan dan suamiku begitu lihai memainkan lidahnya. Aku tidak tahu apa yang kulakukan, tapi sebisa mungkin kubalas ciumannya dengan menjulurkan lidahku dan berpagut dalam indahnya cinta sepasang suami istri. Tak lama berselang suamiku menghentikan ciumannya dan berbaring disampingku. Aku menunggu beberapa saat dan meliriknya, suamiku hanya menatap langit-langit kamar sampai dia terbuai dengan alam bawah sadar, padahal ini adalah malam pengantin kami. Aku ingin merasakan seperti apa bercinta dengan pasangan karena jasmaniku secara alamiah sudah siap. Apakah suamiku merasa enggan melakukan malam pertama di rumah mertuaku, ataukah suamiku seorang laki-laki impoten. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku tidak bisa memejamkan mata walau sebentar. Pakaian tidur tipis transparan menjadi saksi aku melalui malam pengantin dengan udara dingin yang menusuk pori-pori kulitku tanpa aku dijamah oleh laki-laki yang sudah sah menjadi suamiku.

Seminggu di rumah mertua sudah berlalu, tidak terasa kami harus mengemasi barang-barang untuk pindah ke rumah kontrakan kami karena aku dan suamiku sudah kembali bekerja. Seharian penuh aku dan suamiku menata rumah dan membersihkan setiap ruangan rumah kontrakan kami.

Sesudah makan malam aku masuk kamar dan suamiku masih asyik menonton acara TV. Kuganti pakaianku dengan pakaian yang seksi sehingga paha dan sedikit buah dadaku terlihat. Harap-harap pakaian minimku mengundang birahi suamiku, kemudian kupanggil suamiku

"mas...udah malam, besok mas mau masuk kerja..."

Sumiku masuk ke kamar dan menghampiriku. Suamiku memelukku dan mencium bibirku dengan sangat mesra. Aku merasakan celana dalamku sedikit basah. Kulirik sedikit kebagian selangkangan sumiku, aku tidak melihat ada tanda-tanda benda lunak yang mengeras. Puas menciumiku suamiku kemudian membaringkan tubuhnya disampingku dan menarik selimut untuk tidur. Aku jadi bingung, kenapa suamiku tidak mau melaksanakan tugasnya sebagai seorang suami dan memerawaniku. Apakah suamiku memang betul seorang laki-lakgi impoten karena sekarang di rumah kontrakan ini cuma kami berdua?. Laki-laki normal tidak akan pernah tahan melihat wanita yang berpakain minim, tapi suamiku sepertinya tak punya hasrat untuk bersetubuh denganku.

Dua minggu di rumah kontrakan sudah berlalu, semua aktivitas sebagai keluarga yang baru kami kerjakan kecuali untuk urusan bersetubuh. Aku lebih awal sampai dirumah daripada suamiku karena aku adalah sebagai guru honorer di Sekolah MAN tidak jauh dari rumah kontrakan kami. Tidak seperti biasanya, aku pulang ke rumah dengan membaringkan tubuhku di sofa tanpa terlebih dahulu mengganti pakaian muslimahku Mataku rasanya berat sekali menahan rasa kantuk.

Di antara alam mimpi dan alam tidur, kurasakan sesuatu yang aneh dibagian telapak kakiku, dengan mata yang masih mengantuk kubuka mataku. Aku melihat suamiku sedang asyik menciumi telapak kaki dan jemari kakiku. Belum lagi kebingunganku hilang, ciuman suamiku naik kebetisku. Rasanya geli tapi aku masih bingung, kemudian suamiku mengangkat sedikit rokku yang panjang sehingga memperlihatkan pahaku yang putih mulus dan kemudian menciumi pahaku. Dengan permainan lidahnya kedua pahaku secara bergantian tak luput dari permainan lidah suamiku. Ciumannya semakin lama semakin dekat ke daerah pangkal pahaku. Rasa geli kutahan, dan kubiarkan suamiku terus melanjutkan misinya. Puas menciumi pangkal pahaku, suamiku menarik rok dan celana dalamku. Suamiku memandangi kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Aku merasa kurang nyaman bercinta di ruang tamu,

"ke dalam kamar aja maasss, biar enaakk".

Aku menggeser sedikit kakiku dan telapak kaki kananku berusaha mencapai lantai sehingga kedua pahaku terbuka dan memperlihatkan belahan kemaluanku. Suamiku yang masih diam dan memandangi kemaluanku berusaha menahanku agar tidak beranjak dan membuka belahan kemaluanku dengan dua jari.

"sayang kamu cantik, mas sangat cinta sama kamu...".

Suamiku langsung mencium bibir mungil kemaluanku dan menjulurkan lidahnya ke liang kemaluanku. Saat sumiku mencium telapak kaki, betis dan pahaku rasanya geli, tapi ciuman di daerah kemaluanku rasanya lain. Rasa nikmat yang tak terlukiskan dengan kata-kata membuat cairan cinta kewanitaanku membanjiri kemaluanku.

"auughhh...aaghhh...maaas....".

Suamiku kemudian membuka kerudung dan seluruh pakaianku sehingga aku telanjang bulat. Daun telingaku menjadi sasaran asmara suamiku kemudian leherku. Tubuhku rasanya merinding. Dari leherku ciumannya turun kebagian payudaraku. Sumiku menyedot dan memainkan  puting susuku dengan lidahnya. Kupejamkan mataku merasakan kenikmatan takkala setiap bagian erotisku disentuh. Tanpa sadar suamiku juga sudah membuka seluruh pakaiannya. Dengan tangan yang kuat sumiku membopongku ke kamar, dalam bopongannya kami berciuman dengan sangat dalam.

Perlahan-lahan suamiku membaringkan aku di ranjang dan menyuruhku untuk melebarkan sedikit pahaku, kemudian dua jari tangan kiri membuka belahan kemaluanku sedang jari jempol kanan menekan sedikit bagian atas bibir mungil kemaluanku sehingga klitorisku pun muncul seluruhnya. Tak menunggu lama, suamiku memainkan klitorisku dengan lidahnya, klitorisku digesek, ditekan dengan lidah sehingga aku menggelinjang menahan rasa yang sangat nikmat..

"aagghhh...aagghhh...maasshhh..."

Desahanku membuat suamiku semakin bernafsu merangsang klitorisku sehingga untuk menahan kenikmatan aku menjepit kepala suamiku dengan kedua pahaku. Otot-otot kemaluanku semakin semakin lama semakin berdenyut. Kubuka jepitan kedua pahaku dan melebarkan kakiku dan pasrah terhadap apa yang diakukan suamiku. Dengan bahasa tubuhku, suamiku seakan tahu apa yang aku inginkan. Sumiku kemudian memelukku dan mencium keningku dan menempelkan kepala penisnya tepat di pintu masuk kemaluanku, dan mendorongnya sedikit,

"agghhh...pelan aja maassh..."

Suamiku tak peduli apa yang rasa sakit yang kurasa dan menarik kembali kemaluannya dan membenamkannya sampai kandas.

"crekk, clekkk..."

Aku merasakan dinding kemaluanku terasa panas, nyeri. Aku mengigit bibirku sendiri sampai berdarah menahan benda hangat yang mengeras dalam lubang kemaluanku. Kemaluanku terasa penuh, tidak ada lagi ruang. Aku hanya merintih menahan sakit. Di rintihanku suamiku menggodaku,

"sayang, rasa sakit karena selaput perawanmu robek hanyalah masalah kecil, kelak kamu akan jadi seorang ibu yang melahirkan anak-anak kita. Mas menikahimu karena mas sangat  mencintaimu. Duluu...sewaktu kita berpacaran, mas bisa saja mencari kesempatan untuk merenggut keperawananmu ini. Tapi tidak pernah mas lakukan karena keperawananmu bukanlah hak mas melainkan hak suamimu kelak. Mas dulu memegang prinsip bahwa mas tidak akan bersetubuh dengan seorang wanita di dunia ini kecuali dengan istri mas. Bertahun-tahun keperawananmu kamu jaga dan bertahun-tahun mas menunggu. Darah perawanmu  yang mengalir menjadi saksi pernikahan kita yang suci,mas akan setia dan menyayangimu sampai maut memisahkan kita"

Aku merasa tersanjung, aku memeluk suamiku dan mencium bibir suamiku. Dengan gerakan yang pelan, suamiku kembali menarik dan mendorong penisnya di dalam liang kemaluanku. Rasa sakit pada bagian kemaluanku berangsur hilang. Otot-otot pada dinding kemaluanku terasa berdenyut, pelumas cinta kemaluanku kembali menyiram tautan asmara kami,

"maassh...oogghhh....hhhh..."

Setip gerakan dan desakan penis suamiku membuatku merasa terbang ke surga. Kemaluanku seakan mengigit kemaluan suamiku. Aku memeluk erat suamiku...

"maash..., rasanya nikmat mas...,mas...mas...aagghhh...agh...oughh...hhh.....".

Suamiku seakan tahu aku telah orgasme dan ini adalah orgasme-ku yang pertama. Suamiku kemudian mempercepat tusukan kemaluannya dan menyusulku mencapai klimaks. Peluh yang masih membanjiri, nafas yang masih terengah-engah, kami berpelukan dan terbaring lemas di peraduan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Bottom Ad [Post Page]

| Desain oleh cibai SAKONGKIU.com