Hallo, saya merupakan pendatang baru buat masalah kiriman cerita Rumah Seks. Saya merupakan mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi swasta di selatan Jakarta. Salam kenal buat masyarakat Rumah Seks. Awal cerita aku dimulai waktu saya menghadiri sebuah acara anugerah penghargaan, pada sana aku datang beserta teman aku , sebut saja Hamdan. Saya diperkenalkan oleh sahabat aku kepada salah satu tamu yang hadir di acara tadi, dan ternyata sehabis dipertegas, nama tamu tadi adalah DB. Yang belakangan saya ketahui beliau adalah salah satu seniman Indonesia. Singkat cerita, malam itu berlalu begitu saja.

Seminggu setelah ta’aruf tersebut, saya ditawari buat menggarap proyek seremoni Hari Ulang Tahun sang teman yang mengenalkan aku dengan DB, memang bidang saya adalah entertaiment. Teman aku yang mengenalkan aku namanya Shebi. Singkat kata, aku terima proyek yg diberikan sang Shebi. Dan ternyata yg punya kerjaan itu merupakan DB, buat perayaan ulang tahunnya yang ke 34.
Saya pun dipertemukan oleh Shebi menggunakan DB di tempat tinggal DB yg terlihat relatif megah. Saya & Shebi menunggu DB yg sedang mandi di ruang famili. Di sana aku ngobrol relatif banyak dengan Shebi (yang perlu pembaca ketahui, Shebi sedang hamil 7 bulan). Obrolan berlangsung santai & hingga menyerempet ke masalah kehidupan seks Shebi, ternyata Shebi yg memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, & m size ini memiliki libido seks yg cukup tinggi. Shebi pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (lantaran kami duduk di atas sofa yg sama/sofa panjang).
“Dra.. Coba engkau pegang perutku, tampaknya jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!” istilah Shebi.
“Ah kamu sanggup saja Sheb..!” istilah saya yang belum memahami arti frekuwensi berdasarkan Shebi itu.
“Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!” ujar Shebi yang kali ini memaksa tangan saya buat memegang perutnya yg telah terlihat buncit.
Dan benar, sepertinya ada yang berkiprah-mobilitas dari pada perutnya.
“Dra.. Kamu pernah ngerasain begituan menggunakan orang hamil..?” ujar Shebi yang membuat aku kaget.
“Mmm.. Mm, belum tuh Sheb..””Memangnya lezat apa cita rasanya..?” tanya aku keheranan.
“Wah endang loh rasanya..”
“Itu kuketahui berdasarkan suami dan brondong-brondongku..” ujar Shebi yg membuat saya tersentak tambah kaget.
“Mmm.. Begitu..” istilah saya agak sedikit sok hening, meskipun tegangan tubuh telah agak naik.
“Kok jawabannya cuma segitu, apa engkau nggak mau nyobain..?” ucap Shebi yg sedikit kesal karena tanggapan saya hanya sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat.
Shebi menarik sedikit ke atas long dress yg dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit menampakan timbunan lemak di sisi-sisinya & sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, kemudian aku pegang kepala & menatapnya dan meyakinkannya.
“Sheb.., bukannya saya tidak ingin mencoba tawaran yg spektakuler ini, namun engkau wajib lihat kita ini dimana..? Tetapi apabila engkau tawari aku di posisi yg tepat, tentulah saya tak akan menolak..!” istilah aku mencoba menenangkan suasana yg semakin panas itu.
Saya sadar bahwa kami tiba ke tempatnya DB dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.
“Aku tau apa yang kamu khawatirkan Dra..” balas Shebi sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.
“Kau wajib tau bahwa DB itu penganut seks bebas, & tentu doi tidak akan marah bila kita bercinta di sini, dan lagi pula pada sini tidak terdapat orang lain selain DB..” kata Shebi mencoba meyakinkan aku sambil perlahan mengangkat kaos yang saya gunakan ke atas, dan jarinya bermain pada atas puting aku sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yg telah basah.
Mendengar perkataannya yg meyakinkan dan pula ditambah menggunakan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yg ada. Saya pun mulai berani buat meraba dada Shebi yg akbar tanpa membuka pakaian yg inheren pada tubuhnya. Shebi pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari btg kemaluan aku yg telah menegang sejak tersebut. Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan kiri aku pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tanan kanan saya buat tetap berada di atas & Shebi pun mendesah.
Sampai di tempat yg aku tuju, tangan kiri aku pun meraba dari luar CD Shebi, dan terasa ada yang basah & lengket di sana. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan terjadi perciuman yang relatif usang. Kami pun terlihat telah semakin berkeringat. Kemudian tangan yang berada pada daerah sensitif Shebi pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD hitam Shebi, dan aku merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yg sepertinya tertata rapih. Shebi pun sudah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan mengocok-ngocoknya perlahan. Saya yg merasa bertanya-tanya ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluan Shebi yg duduk pada sofa. Ternyata tebakan aku sahih, liang kemaluan Shebi yg lebat ternyata sahih-sahih tertata rapih. Saya pun mulai tergiur buat merasakan bibir kewanitaan itu menggunakan mulai mejilatinya secara lembut.
“Achh.., achh.. Engkau pintar Dra..! Truuss.. Draa..!” Shebi pun terlihat telah nir dapat mengontrol ucapan dan intensitas suaranya.
Shebi meluruskan tubuhnya pada atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan aku . Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi sebagai 69. Saya pada bawah dan Shebi di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang sedang hamil itu legit cita rasanya.
15 menit berlalu pada posisi 69.
“Dra.. Please..! Masukin kini Say..!” pinta Shebi yg telah tidak kuasa lagi menunda gejolak nafsunya.
Saya pun dipertemukan oleh Shebi menggunakan DB di tempat tinggal DB yg terlihat relatif megah. Saya & Shebi menunggu DB yg sedang mandi di ruang famili. Di sana aku ngobrol relatif banyak dengan Shebi (yang perlu pembaca ketahui, Shebi sedang hamil 7 bulan). Obrolan berlangsung santai & hingga menyerempet ke masalah kehidupan seks Shebi, ternyata Shebi yg memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, & m size ini memiliki libido seks yg cukup tinggi. Shebi pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (lantaran kami duduk di atas sofa yg sama/sofa panjang).
“Dra.. Coba engkau pegang perutku, tampaknya jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!” istilah Shebi.
“Ah kamu sanggup saja Sheb..!” istilah saya yang belum memahami arti frekuwensi berdasarkan Shebi itu.
“Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!” ujar Shebi yang kali ini memaksa tangan saya buat memegang perutnya yg telah terlihat buncit.
Dan benar, sepertinya ada yang berkiprah-mobilitas dari pada perutnya.
“Dra.. Kamu pernah ngerasain begituan menggunakan orang hamil..?” ujar Shebi yang membuat aku kaget.
“Mmm.. Mm, belum tuh Sheb..””Memangnya lezat apa cita rasanya..?” tanya aku keheranan.
“Wah endang loh rasanya..”
“Itu kuketahui berdasarkan suami dan brondong-brondongku..” ujar Shebi yg membuat saya tersentak tambah kaget.
“Mmm.. Begitu..” istilah saya agak sedikit sok hening, meskipun tegangan tubuh telah agak naik.
“Kok jawabannya cuma segitu, apa engkau nggak mau nyobain..?” ucap Shebi yg sedikit kesal karena tanggapan saya hanya sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat.
Shebi menarik sedikit ke atas long dress yg dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit menampakan timbunan lemak di sisi-sisinya & sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, kemudian aku pegang kepala & menatapnya dan meyakinkannya.
“Sheb.., bukannya saya tidak ingin mencoba tawaran yg spektakuler ini, namun engkau wajib lihat kita ini dimana..? Tetapi apabila engkau tawari aku di posisi yg tepat, tentulah saya tak akan menolak..!” istilah aku mencoba menenangkan suasana yg semakin panas itu.
Saya sadar bahwa kami tiba ke tempatnya DB dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.
“Aku tau apa yang kamu khawatirkan Dra..” balas Shebi sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.
“Kau wajib tau bahwa DB itu penganut seks bebas, & tentu doi tidak akan marah bila kita bercinta di sini, dan lagi pula pada sini tidak terdapat orang lain selain DB..” kata Shebi mencoba meyakinkan aku sambil perlahan mengangkat kaos yang saya gunakan ke atas, dan jarinya bermain pada atas puting aku sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yg telah basah.
Mendengar perkataannya yg meyakinkan dan pula ditambah menggunakan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yg ada. Saya pun mulai berani buat meraba dada Shebi yg akbar tanpa membuka pakaian yg inheren pada tubuhnya. Shebi pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari btg kemaluan aku yg telah menegang sejak tersebut. Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan kiri aku pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tanan kanan saya buat tetap berada di atas & Shebi pun mendesah.
Sampai di tempat yg aku tuju, tangan kiri aku pun meraba dari luar CD Shebi, dan terasa ada yang basah & lengket di sana. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan terjadi perciuman yang relatif usang. Kami pun terlihat telah semakin berkeringat. Kemudian tangan yang berada pada daerah sensitif Shebi pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD hitam Shebi, dan aku merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yg sepertinya tertata rapih. Shebi pun sudah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan mengocok-ngocoknya perlahan. Saya yg merasa bertanya-tanya ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluan Shebi yg duduk pada sofa. Ternyata tebakan aku sahih, liang kemaluan Shebi yg lebat ternyata sahih-sahih tertata rapih. Saya pun mulai tergiur buat merasakan bibir kewanitaan itu menggunakan mulai mejilatinya secara lembut.
“Achh.., achh.. Engkau pintar Dra..! Truuss.. Draa..!” Shebi pun terlihat telah nir dapat mengontrol ucapan dan intensitas suaranya.
Shebi meluruskan tubuhnya pada atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan aku . Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi sebagai 69. Saya pada bawah dan Shebi di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang sedang hamil itu legit cita rasanya.
15 menit berlalu pada posisi 69.
“Dra.. Please..! Masukin kini Say..!” pinta Shebi yg telah tidak kuasa lagi menunda gejolak nafsunya.


Mendengar itu aku nir eksklusif menuruti, namun saya permanen saja mengigit, menjilat, meludahi liang kewanitaannya, terutama klitoris-nya yang sudah mengkilap karena basah.
“Dra.., kamu dursila..!” teriak Shebi diikuti dengan melelehnya air kemaluan Shebi yg cukup poly menurut liang senggama Shebi, yang menandakan Shebi sudah mencapai orgasmenya. Saya jilat habis cairan kental yang keluar itu hingga nir tersisa. Senjata kejantanan saya yang terhenti beranjak itu dikulum oleh Shebi. Lantaran orgasmenya, Shebi mengulum kemaluan aku hingga menjadi merah. Lalu menggunakan donasi tangan, saya tambahkan kembali senjata saya itu ke pada lisan Shebi sembari menaik-turunkan di dalam mulutnya.
“Aawww..!” saya berteriak lantaran btg kemaluan saya tergigit Shebi, “Kamu nakal ya..?” istilah saya sembari menarik btg kejantanan aku berdasarkan mulutnya, kemudian mengarahkannya ke vagina Shebi.
Saya tidak langsung memasukkannya, namun memainkannya terlebih dulu di bibir vaginanya hingga Shebi sendiri yang memajukan pantatnya supaya batang kemaluan saya bisa pribadi masuk, namun permanen saja saya tahan agar tidak masuk.
“Dra.., engkau dursila..!” ujar Shebi kesal.
“Habis engkau duluan yang mulai..!” jawab saya.
Tanpa kami sadari, ternyata pertempuran kami dari tadi sudah ada yang mengawasi, yaitu DB yg entah dari kapan dia sudah ada di dekat kami dengan mengunakan daster tanpa BH. Pemandangan itu kami ketahui karena daster DB sudah ada di bawah kakinya. Lantaran aku merasa sudah tidak tahan, akhirnya saya mulai memasukkan penis aku perlahan akan tetapi pasti ke liang senggama Shebi. Memang awalnya sulit, namun karena Shebi minta buat terus dipaksa, ya akhirnya masuk jua.
“Achh.. Achh..!” teriak Shebi menggunakan paras memerah entah karena nafsu atau lantaran sakit.
Ternyata liang kemaluan orang yang sedang hamil itu lebih hangat dibandingkan kemaluan wanita normal. Lantaran sempit & hangatnya liang senggama Shebi, membuat aku tidak dapat bertahan usang, meskipun goyangan Shebi tidak terlalu “hot”, tetapi tetap saja rasanya lebih asyik menurut liang kemaluan wanita yg tidak hamil.
“Sheb.. Aku mau keluar..!” istilah saya ditengah-tengah nikmatnya persetubuhan kami.
“Aku.. Keluarkan di mana Say..?” tanya aku menambahkan.
“Terserah kau saja Dra..!” jawab Shebi yg ternyata jua sudah orgasme balik .
Akhirnya karena lebih lezat , saya keluarkan cairan panas itu pada dalam vaginanya, “Cret.. Cret.. Cret..!” mungkin sampai tujuh kali air mani saya tersembur pada dalam liang senggama Shebi.
“Ohh.., ternyata kalian pada sini telah nyolong start ya..?” ujar DB yang membuka pembicaraan.
“Abis kita udah nggak tahan Mba..!” jawab Shebi.
“Trus gimana proyek ultah-ku..?” tanya DB sembari menggunakan dasternya kembali yang tadi dilepaskan ke bawah, karena DB berdasarkan tersebut menyaksikan pergulatan kami sambil bermasturbasi.
“Kalau masalah itu hening, di sini telah ada ahlinya, tinggal kucuran dananya saja, konsepnya sudah Indra susun kok..!” jawab Shebi sembari menunda saya buat mengeluarkan penis aku menurut liang senggamanya.
“Ooo.., ok saya percaya..” istilah DB, “Tapi biar Indra istirahat dong..! Masa engkau monopoli sendiri itu btg..!” jawab DB sembari mengambil wine yang terdapat di kecil bar, kemudian duduk pada sana, memperhatikan kami yg akhirnya mengambil pakaian kami masing-masing.
“Dra.., engkau besok bisa ambil dananya pada sini..” istilah DB.
“Lo nggak mau nyobain punyanya Indra..?” celetuk Shebi, “Ntar nyesel..?” tambahnya.
“Jangan kini deh, abis tanggung, sementara waktu lagi Bapak mau jemput gue..” jawab DB.
“Ooo..” jawab Shebi yang sepertinya mengetahui bahwa DB bila main itu tidak relatif kalau hanya 3 atau 4 ronde saja.
“Ya telah, kami pamit dulu deh kalau gitu, izin besok si Indra saja yg datang ke sini sendiri..” kata Shebi.
Saya yang menurut tersebut membisu saja hanya manggut pertanda putusan bulat buat datang lagi esok.
“Tapi besok engkau datangnya malam saja ya..!” pinta DB.
“Ooo.., sekalian engkau cobain ya..?” pancing Shebi sembari tersenyum.
“Apa kamu mau ikutan Sheb..?” tanya DB.
“Nggak ah, abis main sama lo wajib lama , gue takut kandungan gue bermasalah lagi.””Kalau dokter gue bilang nggak apa-apa sich gue ok aja, akan tetapi jikalau kebanyakan digenjot nanti bocor lagi..!” istilah Shebi sembari tertawa.
“Ya udah ngga pa-pa, akan tetapi kamu niscaya tiba kan Dra..?” tanya DB.
“Ya..” jawab saya singkat.
“Ya telah kita bubut ya..?” ujar Shebi ke DB.
“Ya, ok lah..”
“Bye, Dra ingat ya atau kontrak kita batal nich..!” sambil mencubit dagu saya.
Begitulah kisah saya menggunakan Shebi, pembaca tunggu saja kisah saya dengan DB, seniman bunda kota yg terkenal sampai sekarang masih singgle pada edisi selanjutnya. Terima kasih atas perhatian rekan pembaca sekalian.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.