Namaku Vina. Usiaku 17 tahun. Aku sekolah pada sebuah SMU partikelir terkenal pada Surabaya. Sudah hampir setahun ini hidupku penuh berisi kesenangan-kesenangan yang liar. Dugem, ineks & seks bebas. Sampai akhirnya saya terjerumus pada ambang kehancuran. Terombang-ambing dalam ketidak pastian. Aku galau apa yg kucari. Aku gundah harus kemana arah & tujuanku. Apa yg selama ini kulakukan tidak menaruh kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini? Sejujurnya saya menyesali kondisiku yg misalnya ini. Keterlibatanku menggunakan narkoba telah membawaku ke pada kehidupan yg kelam. Sungguh kejam!

Aku jadi berangan-angan ingin balik ke kehidupan lamaku dimana aku belum mengenal narkoba. Saat itu begitu latif. Orang tuaku sayang padaku. Andre pacarku menggunakan setia berada disisiku. Dan beliau selalu tiba buat menghibur & menemaniku. Aku jadi ingat dalam hari-hari tertentu, sahabat-teman sekolahku tiba main ke tempat tinggal buat mengerjakan tugas atau hanya sekedar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka selalu menggoda kami menjadi pasangan serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang. Aku pemalu & gampang merajuk. Sedang pacarku biang kerok di sekolah dan nir memahami membuat malu. Aku berprestasi pada pelajaran tapi kurang menguasai bidang olah raga. Sedangkan beliau berprestasi dalam olah raga namun malas belajar. Tinggiku sedang dan badanku agak kurus. Sedangkan dia tinggi dan besar . Pokoknya beda banget. Tapi teman sekolah berkata kami pasangan serasi. Entah apanya yg serasi..
Aku masih ingat saat-ketika terakhir dia meninggalkan aku buat sekolah ke Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu merupakan ketika terakhir aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara misalnya orang kolot. Tidak ada kata yg terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari mulutku. Orang tuanya sampai sungkan dalam orang tuaku & berusaha menghiburku menggunakan berkata bahwa Andre akan acapkali pulang ke Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah & berjanji padaku akan menyekolahkan saya ke Amerika selepas SMU. Kata orang cinta akan lebih terasa ketika terpisahkan sang jeda. Aku nir tabah buat membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas dahaga apabila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tidak lupa saya mendoakan dia.
Kini Andre tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari sahabat-temannya yg melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dengan lelaki lain membuatnya murka dan tidak mempercayai aku . Dia mengadili aku yang hanya bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku. Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Andre nir akan sanggup melihat keseriusanku. Dia meminta buat mengakhiri hubungannya denganku meski aku menangis meraung-raung pada telepon. Aku tidak berdaya. Dia begitu kerasnya nir mengampuni kesalahanku. Yah memang semua itu memang salahku. Tapi apakah aku nir punya kesempatan buat memperbaiki kesalahan? Apakah setiap orang nir pernah khilaf? Apakah sama sekali nir terdapat ampun untukku? Dia dulu mengungkapkan apa pun yg terjadi akan selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya padaku akan semakin besar . Ternyata, bohong! Itu seluruh hanya bohong belaka!
Aku masih ingat saat-ketika terakhir dia meninggalkan aku buat sekolah ke Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu merupakan ketika terakhir aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara misalnya orang kolot. Tidak ada kata yg terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari mulutku. Orang tuanya sampai sungkan dalam orang tuaku & berusaha menghiburku menggunakan berkata bahwa Andre akan acapkali pulang ke Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah & berjanji padaku akan menyekolahkan saya ke Amerika selepas SMU. Kata orang cinta akan lebih terasa ketika terpisahkan sang jeda. Aku nir tabah buat membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas dahaga apabila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tidak lupa saya mendoakan dia.
Kini Andre tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari sahabat-temannya yg melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dengan lelaki lain membuatnya murka dan tidak mempercayai aku . Dia mengadili aku yang hanya bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku. Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Andre nir akan sanggup melihat keseriusanku. Dia meminta buat mengakhiri hubungannya denganku meski aku menangis meraung-raung pada telepon. Aku tidak berdaya. Dia begitu kerasnya nir mengampuni kesalahanku. Yah memang semua itu memang salahku. Tapi apakah aku nir punya kesempatan buat memperbaiki kesalahan? Apakah setiap orang nir pernah khilaf? Apakah sama sekali nir terdapat ampun untukku? Dia dulu mengungkapkan apa pun yg terjadi akan selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya padaku akan semakin besar . Ternyata, bohong! Itu seluruh hanya bohong belaka!


Saat ini saya jadi ceweq kurang pandai, seringkali melamun & mudah stres. Bukan hanya hubunganku menggunakan Andre yang musnah. Hubunganku menggunakan ayah ibuku jua memburuk. Mereka sudah menyerah menghadapi aku yg hampir setiap hari pergi pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusir aku jika terus menerus misalnya ini. Aku jadi tak jarang membolos sekolah. Prestasiku di sekolah makin hari makin memburuk. Aku sudah kehilangan minat untuk belajar dan meraih ranking tinggi pada sekolah. Hubungan sosial menggunakan teman sekolahku pula semakin jelek. Aku malas bergaul dengan mereka. Aku takut mereka mengetahui siapa saya sebenarnya. Aku takut mereka membuatkan tingkah lakuku sebenarnya. Aku takut..
Aku jadi paranoid! Aku jadi mudah curiga menggunakan seluruh orang. Aku jadi sulit tidur & melamun yg nir-nir. Aku jadi tak jarang mimpi buruk & makin sulit membedakan mana mimpi & fenomena. Lama-lama saya sanggup gila! Aku ingin berhenti memakai narkoba dan sesegera mungkin meninggalkan dunia gemerlap yg selama setahun ini kugeluti. Tapi saya sulit meninggalkannya. Aku terperangkap di dalamnya! Ineks! Semua ini gara-gara pil setan itu! Badanku semakin kurus. Mataku cekung dihiasi garis hitam dibawahnya. Aku nir mengenali wajahku sendiri di hadapan cermin. Bahkan Mamaku telah mengecap saya menjadi perempuan nakal.
Yah.. Wanita nakal.. Saya memang sudah jadi perempuan nakal. Aku sudah melepaskan keperawananku pada seorang laki-laki yang bukan suamiku. Aku memalukan pada diriku & pada orang tuaku. Diriku bukan Vina yang dulu. Vina yg selalu meraih prestasi pada sekolah. Vina yg selalu membanggakan orang tua. Vina yang rajin ke gereja. Vina yang lugu dan pemalu. Vina yang selalu amanah dan berterus terang.. Malam itu entah malam keberapa saya ke diskotik dengan Martin. Setelah triping gila-gilaan beserta teman-sahabat, aku pergi beserta Martin. Sebenarnya aku malas pulang karena masih pada keadaan on berat. Gara-gara Bandar gede dari Jakarta tiba, seluruh jadi kebanyakan ineks. Badanku terus bergetar tiada henti, dan rahangku berkecimpung-gerak ke kiri & kekanan. Dengan eratnya aku peluk lengan Martin seakan-akan takut kehilangan dirinya.
Tidak seperti umumnya Martin mengajakku putar-putar keliling kota. Mungkin beliau kasihan melihat aku masih on berat dan nir tega membiarkan saya sendirian pada tempat tinggal . Aku sih senang -bahagia saja. Kuputar lagu-lagu house music relatif kencang, meski saya memahami akibatnya mampu fatal. Tak hingga lima mnt, lagu house music & hembusan hawa AC yg dingin menciptakan aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, ketua dan tanganku di bangku sebelah. Rasanya asyik sekali triping pada kendaraan beroda empat yg melaju membelah kota! Martin tertawa melihat saya memutar-mutar ketua seperti angin puyuh. “Untung kaca film mobilku gelap. Jadi saya nggak perlu takut orang-orang melihat tingkahmu!” ujarnya.
Hahaha.. Rasanya saat itu aku nir peduli mau dipandang orang, polisi, hansip atau siapa pun juga, aku nir akan peduli! Lagipula ini masih jam 3 pagi.
Setelah 1/2 jam kami putar-putar kota, akhirnya kami hingga di daerah kurang lebih tempat tinggal Martin. Martin menyarankan supaya aku meneruskan tripingku pada rumahnya. Sebab terlalu riskan apabila triping pada jalanan seperti itu. Kalau sedang sial mampu ketangkap polisi. Aku yang telah nir bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya. Sampai di rumahnya, saya langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan kunci mobil, Martin menyalakan ac dan memutar lagu house music untukku. Wah dia benar-benar ingin menciptakan aku on terus sampai pagi! Ok, Aku layani! Kurebut remote ac menurut tangannya & ku setel dengan temperatur paling rendah.
Martin yg telah drop, begitu mencium bau ranjang eksklusif hendak merebahkan badannya yang besar itu ke loka tidur. Tentu saja aku nir ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya & kuajak dia goyang lagi. Martin mengerang dan tetap menutup wajahnya dengan bantal. Tingkahnya dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis pikir saya segera mencari koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol Martell VSOP & kupaksa beliau minum. Mulanya Martin menolak dengan alasan besok wajib kerja. Tetapi aku memaksa terus hingga dia tak berkutik. Beberapa teguk Martell mengakibatkan hasil pula. Martin bangun dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya berdasarkan belakang & menggodanya menggunakan manja.
“Kalau kamu mau nemenin aku tripinng.. Hari ini saya jadi milikmu.”
“Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!” Balas Martin nakal.
“Ya..Ehm.. Jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya.
Aku memeluknya menurut belakang dan menciumi telinganya sampai dia kegelian. Aku terus menggodanya menggunakan menciumi leher & bahunya. Tiba-datang dia membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget pula & berteriak mini . Martin mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah, leher & telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian sang tingkahnya. Lama-usang ciuman Martin semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali tank-topku dan menciumi butir dadaku dengan ganas sembari mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli & rangsangan yang hebat. Otot-otot badan dan kakiku terasa kaku seluruh. Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku sebagai akibatnya ke 2 butir dadaku tersembul keluar.

“Woow.. Aku paling suka payudaramu!” desisnya.
Aku paling suka jikalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan kata-istilah itu dengan mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung. Tentu saja aku eksklusif menutupi dadaku menggunakan ke 2 tanganku seakan-akan melarangnya buat melihat. Sedetik kemudian dia membuka ke 2 tanganku dan membungkuk kearah dadaku kemudian mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yg mengenai putingku sudah bisa membuatku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas, kemudian berhenti & memandang reaksiku. Aku memejamkan mata dan mendengus. Perasaanku melambung sampai ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, beliau memandangku sembari tersenyum nakal. Aku memukulnya. Kemudian dia menjilat puting kiriku sekilas. Aku pulang menggelinjang-gelinjang. Aku merasa dtk-dtk penantian apa yang akan dilakukan Martin pada putingku membuat saya makin penasaran. Aku mengerang-erang ingin agar Martin meneruskan aksinya.
Aku telah sangat terangsang sampai memohon-mohon padanya agar memuaskan saya. Martin tersenyum anggun sekali kemudian mulai memasukan putingku ke mulutnya. Putingku dipermainkan menggunakan verbal & lidahnya yang hangat. Aku bergetar & menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Martin merangsang & memuaskan aku sudah terbukti. Rangsangan yang hebat melupakan segala janji yang pernah kubuat. Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa terdapat yg mengganjal pada bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar & merubah posisi pinggulku agar kemaluanku bergesekan menggunakan penisnya. Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku mengerang & merenggut apa saja yang mampu kurenggut termasuk rambutnya. Napas kita yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dengan lagu house music yg memenuhi ruangan.
Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu sampai saya telanjang bulat. Aku menatap wajahnya menggunakan perasaan tidak karuan. Lalu beliau membuka pakaiannya sendiri & mulai menyerangku dengan ganas. Aku diciumi mulai ekspresi turun ke leher lalu ke buah dadaku. Kemudian turun lagi melewati pusar & bulu kemaluanku. Dia berhenti sesaat sembari melihat saya yang sudah terangsang berat.
“Martin.. Cium anuku please..” pintaku terbata-bata.
“Hehehe..” Desisnya pelan.
Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya agar mulutnya pas di kemaluanku. Kemudian kakiku dibuka lebar-lebar ke atas sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata berdebar-debar menunggu Martin memulai aksinya. Martin menciumi sisi luar kemaluanku menggunakan perlahan. Aku mengerang tertahan dan mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya usang sekali seperti kalau dia menciumi bibirku. Dia mengulum & kadang menyedot kemaluanku dengan kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tak tergambarkan cita rasanya. Lalu saat lidahnya ikut bermain, aku tak bertenaga menunda lebih usang lagi. Dibukanya bibir kemaluanku menggunakan jarinya, kemudian lidahnya dimasukan antara lain. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan kadang masuk ke vaginaku dalam sekali.
Erangan panjang menandakan kenikmatan yg tiada taranya. Aku malu sekali saat orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring menggunakan tekanan yang kurasakan. Martin memang hebat. Dia sudah berpengalaman memuaskan ceweq. Dia mampu memahami timing yg sempurna kapan wajib cepat & kapan wajib pelan. Aku jadi curiga apa beliau berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe..
“Lho kok cepat? Udah terangsang menurut tersebut ya?” tanyanya sembari senyum-senyum mesum.
Mukaku memerah ketika saya tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya menggunakan bantal sambil menggodanya. “Kamu gigolo ya? Kok hebat banget?”
“Eh, gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum pernah terdapat ceweq yang tidak puas jikalau main denganku!” katanya pongah.
“Teman-temanku hingga menjuluki aku ‘Sex Machine’!” lanjutnya.
“Ngibul! Kamu niscaya gigolo!” godaku sambil memukulnya menggunakan bantal lagi. Kami perang lisan selama beberapa saat.
Kemudian Martin mengakhirinya menggunakan menyampaikan, “Enak aja menghinaku! Sebagai balasannya, nih..” Martin melompat kearahku dan memasukkan kepalanya diantara kakiku. Dia eksklusif melumat kemaluanku menggunakan mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih berdenyut-denyut geli. Aku menjerit-jerit karena itu. Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku telah sangat basah atau nir, saya mendengar bunyi berkecipak pada kemaluanku. Rasa geli yg menerpa segera berubah sebagai nikmat. Aku terhanyut lagi pada permainan lidahnya. Aku orgasme buat yg kedua kalinya. Badanku cita rasanya lemas seluruh. Malam itu saya mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu karena imbas ineks atau memang aku sudah dalam keadaan puncak , aku nir tahu..
Kami break sementara waktu. Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagai tugu monas. Kepalanya yg merah mengkilat karena cairan maninya meleleh keluar. Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnya yg keras.
“Lho, semenjak kapan celana dalammu lepas? Aku kok nggak memahami?” tanyaku.
“Hehehe.. Engkau merem terus berdasarkan tadi sampe nggak memahami kalo burungku udah menunggu-nunggu ditembakkan ke target!” candanya.
Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sembari menggodanya. Lalu saya naik ke atas tubuhnya dan duduk sempurna diatas penisnya. Martin tampak terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Martin memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga merasa geli-geli nikmat saat penisnya yang keras dan licin menggeser klitorisku. Lama-usang Martin tidak bertenaga menunda rangsangan. Dia bangkit dan memeluk tubuhku. Kami berciuman. Tanpa mempedulikan bau cairan vaginaku di mulutnya, saya terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang basah semakin memudahkan penis Martin bergesekan diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, hingga akhirnya pertahananku runtuh!
Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip dan masuk ke vaginaku. Aku menjerit kaget dan gerakanku terhenti. Untuk sesaat saya merasa sakit lantaran terdapat benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin jua berhenti & hendak mencabut penisnya menurut vaginaku. Tetapi aku mencegahnya. Aku sahih-sahih terhanyut dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, saya mencicipi suatu kenikmatan yg lain. Aku ingin mencicipi lebih lama lagi.
Secara tidak sadar saya merendahkan pinggulku perlahan-lahan hingga penis Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk Martin sekuat energi dengan napas terputus-putus. Kucengkeram punggungnya menggunakan kuku jariku tanpa peduli dia kesakitan atau nir. Tak terlukiskan perasaanku waktu itu. Aku mengerang-erang. Rasanya semua sarafku terputus & terpusat pada kemaluanku saja. Martin membiarkanku sesaat menikmati moment ini. Dia pasti jua sedang menikmati koyaknya selaput daraku. Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya berkecimpung-gerak perlahan pada kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat dan geli. Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai aku nir tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu dalam Martin.
“Kenapa saya nggak memahami kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku sudah berdasarkan dulu mau making love sama kamu!” kataku parau.
Mendengar perkataanku, sesaat Martin hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku nir dapat menebak apa yang terdapat dipikirannya. Lalu menggunakan pandangan yang menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku sebagai damai dan damai. Martin, aku sayang padamu, saya sayang padamu, saya sayang padamu. Tak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku pada hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak bisa berpikir jernih! Yang terdapat dipikiranku hanya terus dan terus.. Tanpa akhir.. Martin mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku. Mulanya perlahan, lama -lama semakin cepat. Rasanya mau tewas saking nikmatnya. Aku tidak sanggup menyampaikan apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang keluar dari mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke pada vaginaku membuatku tidak berdaya.
Malam itu saya orgasme empat kali. Martin menumpahkan spermanya pada perutku dan terkapar disebelahku. Aku juga terkapar kelelahan. Saking lelahnya aku hingga tidak bertenaga untuk beranjak merogoh tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah pada perutku. Ternyata orgasme ketika ML jauh lebih nikmat daripada dengan berkaitan dengan mulut seks. Sungguh tidak selaras.. Setelah terkapar beberapa waktu, Martin membopongku ke kamar mandi & memandikan aku . Aku terus menerus memandang wajahnya dan mencari-cari sinar apa yg terpancar di wajahnya. Apakah dia benar mencintaiku atau aku hanya keliru satu wanita koleksinya? Aku terus memeluknya saat beliau membasuh tubuhku menggunakan air hangat & membersihkan kemaluanku. Kemudian selesainya membersihkan diri, kami tidur kelelahan.

Besoknya waktu aku bangun, Martin telah nir terdapat pada sebelahku. Kulihat jam dinding memberitahuakn pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar bila tidur telanjang bundar & hanya ditutupi selimut. Perlahan-huma memoriku memutar kembali insiden tadi malam. Agak susah mengingat insiden semalam setelah gunakan ineks dan minum minuman beralkohol. Setelah ingat semua, menggunakan lunglai saya bangkit dan melihat kemaluanku. Kuraba & kupegang kemaluanku. Rasa nikmat & geli semalam masih terbayang pada pikiranku. Pikiran buruk mulai menggangguku. Aku telah tidak perawan! Aku sudah kehilangan keperawananku pada usia ke 17 dengan cowoq yang bukan pacarku maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali!
Kata-istilah Ling mulai teringat pulang. Saat beliau kehilangan keperawanannya pertama kali, dia menangis sebagai-jadi semalaman. Tetapi kini beliau sudah biasa dan malah tak jarang making love. Aku teringat waktu Ling mengenalkan Martin padaku, dia memperingatkan Martin supaya jangan macam-macam padaku. Berbagai macam insiden berdasarkan awal aku kenal kehidupan malam hingga waktu ini kemudian lalang dalam pikiranku seakan-akan menyindirku. Sekarang semuanya telah terjadi! Aku tak percaya! Aku jadi seperti Ling!
Aku ingin menangis meratapi semuanya! Namun telah terlambat! Apalagi saat aku melihat setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis sebagai-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan paras Papa Mamaku berkelebat berganti-ganti pada benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada Mamaku, dalam kakakku, dalam seluruh keluargaku! Aku ke kamar mandi buat membersihkan diriku! Aku merasa kotor dan hina! Aku bukan Vina yang dulu lagi! Masa depanku hancur! Siapa yang mau sama aku ! Cowoq mana yang mau menerima ceweq misalnya saya! Ceweq yg sudah nir utuh lagi! Ceweq murahan! Aku benci diriku sendiri! Aku benci seluruh orang! Aku menangis usang sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku dalam air mata yg segera tersapu guyuran air hangat. Hingga akhirnya saya tergeletak lemas di lantai kamar mandi.
Setelah bosan menangis, saya segera bergerak berdasarkan kamar mandi & mengenakan sandang. Kuambil ponselku & kukirim SMS dalam Ling. Aku minta dia menjemputku pada tempat tinggal Martin. Ling menyanggupi & berjanji akan menjemput aku sepulang sekolah pukul 13.00 Pukul sebelas Martin pulang ke tempat tinggal . Tiba-tiba perasanku jadi campur mixer ketika kudengar bunyi mobil Martin memasuki tempat tinggal . Ada perasaan jengkel yang menggebu-gebu padanya. “Kok berani-beraninya orang segede beliau menjerumuskan anak kecil! Dasar hidung belang!” pikirku jengkel.
Aku duduk pada ranjang menghadap pintu sambil menunggu dia masuk. Kusiapkan wajah sesuram mungkin agar beliau tahu kalau saya marah padanya. Aku telah mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dia wajib memahami jikalau saya murka ! Martin yg sepuluh tahun lebih dewasa tahu bagaimana harus bertindak menghadapi saya. Dia membisu saja ketika saya mendiamkannya. Lalu mulai mengajakku makan. Aku menolak. Dia terus mengajakku bicara & bercerita bila dia bangun kesiangan sebagai akibatnya terlambat kerja. Dia pura-pura nir tahu aku murka padanya. Sejurus lalu beliau mulai memelukku & menyampaikan jika dia segera pergi karena risi saya belum makan atau kesepian pada rumah.
Lama-lama saya kasihan jua padanya. Dia baik padaku. Sebenarnya yang galat aku . Aku yang memaksanya melakukan itu. Padahal kemarin beliau sudah mau tidur, saya malah merangsangnya habis-habisan. Yah, saya yg salah . Seperti membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai menjawab pertanyaannya sepatah-sepatah sampai akhirnya suasana mulai cair. Mengerti umpannya mengena, Martin mulai merayuku & menggodaku. Aku nir tahan digoda dan mulai membalas godaannya.
“Martin, engkau harus bertanggung jawab! Kamu wajib kawin sama aku !” serangku.
“Jangan kuatir sayang! Aku ini dari dulu pula suka sama engkau . Cuma aku takut kamu yg nggak mau sama saya lantaran saya terlalu tua. Hahahaha..” balasnya.
Aku nir peduli pikirku. Toh saya jua merasa cocok menggunakan Martin. Dia begitu dewasa. Dia sanggup momong aku . Masalahnya, beliau sepuluh tahun lebih tua menurut saya. Apa orang tuaku sepakat aku menikah dengannya?Pikiranku telah jauh lebih baik sekarang. Martin memelukku erat-erat & menghiburku. Aku jadi makin sayang padanya. Akibat insiden malam itu, hampir tiap hari saya making love dengannya. Kami melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, pada kendaraan beroda empat dan dimanapun kami mau! Berbagai posisi kami lakukan. Aku benar-sahih ketagihan bersenggama! Bahkan kami pernah menginap seharian di hotel & tidak keluar kamar sama sekali. Saat itu saya sampai orgasme sebelas kali waktu making love dengannya! Benar-sahih liar dan tak terkontrol!
Acara tripping selalu dilanjutkan menggunakan making love. Kesukaan kami merupakan triping sembari telanjang bundar berdua di kamar Martin sembari bercumbu. Asyik sekali rasanya! Saat imbas ineks menurun, kami bersenggama atau melakukan oral seks buat membuat on lagi. Setelah sahih-sahih habis, kami lanjutkan menggunakan minum minuman keras. Edan.. Dua bulan terakhir ini saya sporadis hubungan menggunakan Martin. Martin sibuk menggunakan pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili sang keluargaku. Mereka murka akbar padaku & mengawasiku dengan ketat. Ponselku disita ad interim. Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana selalu diantar sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan tempat tinggal ! Entah siapa yang salah ! Aku tidak perlu menyalahkan siapa saja selain diriku sendiri. Aku sendiri pun menyesal menyadari kondisiku kini .



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.